Friday, October 12, 2012

Tahan Banting

Temukanlah setidaknya satu saja hal positif dari setiap orang yang kau temui hari ini!
Itu janji saya setiap hari. Tapi di pagi hari, biasanya saya sudah gagal total. Entah karena nggak bisa menahan umpatan di tengah macet dan simpang siurnya lalu lintas Jakarta, entah karena pagi-pagi saya sudah dirongrong dengan berbagai pertanyaan dan pernyataan yang aneh-aneh. Atau sang Kryptonite saya sedang kumat.
Tapi sore ini, saya menyadari sesuatu bahwa saya patut mengambil pelajaran dari sang Kryptonite saya tadi. Di luar segala hal menyebalkan tentangnya, dia adalah seseorang yang tahan banting. Berbagai cobaan hidup, di keluarga maupun di kantor, telah menghampirinya. Namun dengan berbagai cara (menggunakan akal manusia atau “akal kancil”), dia tetap bertahan dan mencapai apa yang dia inginkan. Saya tidak bilang bahwa pilihannya dalam menggapai ambisi pribadi, di tengah berbagai kondisi yang kurang prima, selalu merupakan pilihan bijaksana. But who did not make (constant) mistakes?  Saya angkat topi karena entah bagaimana dunia seolah berkonspirasi mendukungnya untuk sukses.
Di sisi lain, dua malam lalu saya mengantar sepupu saya berangkat naik haji. Sepupu saya itu berusia awal 50 tahunan. Berbagai cobaan hidup juga telah terjadi padanya. Tapi sungguh Allah SWT mencintainya begitu besar sehingga semua penderitaan itu seakan mengangkatnya ke kedudukan lebih tinggi. Operasi ginjal 4 kali, operasi usus buntu, dan operasi tumor 2 kali ditambah beberapa kali serangan jantung menghantuinya sejak belasan tahun lalu. Dia juga kehilangan anak bungsu kesayangannya beberapa tahun lalu karena virus yang menyerang otak secara mendadak. Istrinya keguguran ketika dia mengharapkan pengganti anaknya yang telah berpulang. Saya sempat menyaksikan how lively and cheerful he was, tapi juga sempat memergoki sinar kehidupan dan kebahagiaan yang meredup di matanya. Bagi saya, dia salah satu contoh tahan banting yang sejati. Dengan berbagai cara yang bukan akal kancil, perlahan saya saksikan mata itu bersinar kembali. He bounced back. Dia ikut program bersepeda dengan penuh semangat, menjadi Ketua RT dan aktivis masjid dengan gembira, serta rajin melibatkan diri dalam kegiatan masyarakat lainnya. Oh ya, dia eksis di Facebook juga lho. Untuk menjaga silaturahmi, katanya.
2 malam lalu, kebahagiaan, keharuan dan harapan menghiasi wajah sepupu saya itu. Dia berangkat bukan ke mana-mana, tapi untuk memenuhi panggilanNya. Ambisinya untuk pergi haji di tengah kondisi kesehatan yang kurang prima merupakan pilihan bijaksana. Saya memuji Allah SWT karena dengan kuasaNya dunia telah berkonspirasi mendukung sepupu saya untuk sukses menunaikan cita-citanya. Mudah-mudahan Allah SWT menjadikanmu haji mabrur, Mas.
Menjadi tahan banting, fleksibel, elastis.. atau apa pun istilahnya bukan lagi tambahan kualitas yang harus dimiliki. Tapi suatu keharusan; apalagi di dunia zaman kini yang selalu berubah, kian menuntut, dan menyeret penghuninya ke pusaran berbagai ancaman. 
Satu pe-er besar lagi buat saya. Untuk jadi tahan banting yang bukan akal-akalan. Be tough means expect changes to happen; be ready to rebound and smile; always in the 'think and act positive' mode on; and last but not least ... always take myself as I am.  

No comments:

Post a Comment