Sunday, November 11, 2012

Hand-made Fuschia Flannel Clutch by Kay


Saya menerima BBM dari Ibu Guru di sekolah Kay agar Kay memperbaiki hasil prakarya minggu lalu untuk menambah nilai. Tema prakarya itu adalah membuat tas/kantong dari kertas atau kain flanel. Minggu lalu Kay membuat tas kertas dari karton biasa berwarna pink. Memang salah saya, karena kelupaan membelikan kain/kertas dan bahan lainnya untuk membuat aksesoris tas. Jadi malam itu kami hanya bisa memanfaatkan kertas karton yang tersedia.

Di pagi harinya, saya lihat lagi tas kertas itu. Kok kayaknya jelek banget, hehehe… mungkin karena dibuat terburu-buru dengan bahan ala kadarnya. Saya juga sempat melihat profile picture para orang tua member BBM Grup kelas Kay sudah menampilkan gambar tas yang lucu-lucu dan unik. Tapi Kay tetap santai dan dengan baik hati dia berkata, “Nggak apa-apa, Bu… tenang aja. Nanti juga pasti ada yang lebih jelek.” Dia nggak kepikiran untuk menyalahkan saya karena luput menyediakan bahan baku yang memadai. Nggak juga misuh-misuh karena disuruh bikin sesuatu tanpa diajari Bu Guru.

Berbekal perasaan berdosa dan semangat memulai proyek menarik bersama Kay, saya membeli bahan dan perlengkapan membuat tas/dompet flanel sederhana. Saya bilang bahwa untuk proyek tugas sekolah ini, Kay yang akan menjahitnya sendiri (saya ingat waktu jaman SD kelas 3 saya sudah diajari Ibu Guru untuk menjahit jelujur dan pasang kancing). Soal nilai dari sekolah saya berkeyakinan untuk tidak usah terlalu dipikirkan, yang penting Kay mencoba. Di zaman sistem pendidikan seperti sekarang, tentunya kurang realistis jika mengharapkan pihak sekolah memberikan cara dan step-by-step membuat prakarya. Sekolah hanya memberikan stimulasi dan tantangan. Terlebih bagi anak-anak yang sudah dinilai cukup mandiri dan siap belajar sendiri. Meski rada keki juga dengan tujuan pembuatan prakarya ini sebagai cara memperoleh “nilai” sekolah, tapi saya berharap proyek sederhana ini bisa jadi salah satu keping proses pembelajaran yang bermanfaat dan menyenangkan buat kami berdua.

Kami memulai beberapa malam lalu dan akan melakukannya secara bertahap setelah saya pulang kantor. Pertama-tama, Kay belajar membuat pola dan menggunting kain flanel sesuai pola. Lalu dia berjuang sampai matanya mengedip-ngedip untuk memasukkan benang ke dalam jarum. Kay kemudian mulai membuat jahitan jelujur di beberapa kain perca. Setelah itu Kay menjahit kancing berlubang 4. Meski hasil jelujurannya masih naik-naik ke puncak gunung, tapi dia terlihat menikmati keasyikan bereksplorasi dengan kain, jarum, dan benang. Kay senang sekali dan berkali-kali melirik jam dinding, kuatir waktu cepat berlalu dan dia harus tidur. Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Pukul 22.30 WIB. Tiba saat Kay harus berhenti sejenak dari urusan jahit-menjahit dan berangkat tidur.

Malam berikutnya, Kay menjahitkan huruf K dan Y pada bagian depan dompet dengan jahitan jelujur sambil menempel wajah gadis kecil berambut poni di tengah-tengah sehingga seolah membentuk tulisan K-A-Y. Kami tergelak ketika menyadari bahwa saya salah menggunting huruf Y menjadi I. “Masak namaku jadi KOI, Bu.....? Tega banget deh, Ibu,” kata Kay.


Di malam ketiga, Kay menjahit kancing dompet dan menyatukan bagian depan-belakang dengan jahitan feston, termasuk tali pegangan di sudut kiri. Akhirnya, selesailah dompet buatan Kay. Voila.... Kay’s first fuschia flannel clutch!

Setelah meniup jemarinya, Kay bilang, "Ternyata menjahit itu nggak gampang ya, Bu. Teman-teman bilang gampang, kok begini yaaa...". Saya menghiburnya dengan  serbuan kata puja dan puji bahwa melakukan sesuatu yang baru mungkin tidak gampang pada awalnya, tapi lambat laun pasti akan semakin mudah. Tentu saja saya belum memperkenalkan adanya efek "keberuntungan pemula"...hahaha....

 

No comments:

Post a Comment