So what am I doing? I’m doing numbers and texts. My
business is to add values by turning numbers and texts into information and
statistics. That’s it. Ohh wait, pardon me... by information and
statistics, we mean comprehensive, realible, accurrate, timely, and
accessibble information and statistics. Here we go.
Nampaknya udah cukup serius tuh pernyataan saya (nyontek dari dokumen resmi
sih). Tapi apa sih artinya bagi saya? Saya mencoba lihat lagi diri saya dan
bertanya sendiri. Apa yang saya percayai? Apa tujuan saya dalam hidup ini?
Nilai-nilai apa yang saya pegang dengan sepenuh hati?
Apa yang saya percayai sebagai turunan dari anugerah Allah SWT bagi manusia
dan kehidupan di dunia ini? Dalam hidup ini, saya percaya (1) semua orang
(seharusnya)memiliki kesempatan untuk
memutuskan yang terbaik bagi dirinya. Kunci pertama untuk memperoleh
kesempatan itu adalah akses terhadap informasi. Informasi diperlukan agar orang bisa terus belajar dan
mempertimbangkan banyak sisi untuk mengambil keputusan yang lebih baik. Saya juga percaya (2) hampir semua hal di
dunia ini adalah relatif dan cara mengukur sesuatu terhadap sesuatu yang
lainnya adalah melalui data. Data diperlukan untuk menguji suatu perkiraan atau
sangkaan atau perasaan melalui suatu perbandingan dengan suatu standar yang
dapat dijadikan acuan.
Kedua hal yang saya percayai tersebut dan dunia yang saya lakoni sampai
sekarang ternyata amat dekat hubungannya. Sejak dulu saya suka dengan angka.
Saya menjadi asisten Laboratorium Statistik sejak tahun kedua kuliah. Saya
mengajar les matematika anak SD dan SMP. Meskipun tidak termasuk brilian selama
program MBA, saya cukup terkenal sebagai the
numbers cruncherdalam tim. Nah
sekarang, saya mengolah dan menyajikan data, menyediakan informasi dan
mempublikasikan statistik. Bukan sembarang informasi dan statistik, tapi informasi
dan statistik yang lengkap, akurat, handal, tepat waktu dan mudah diperoleh.
Seluruh level pengguna bisa memanfaatkan informasi dan statistik itu dalam
riset, formulasi kebijakan sektoral, pengambilan keputusan bisnis dan inovasi,
bahkan mendukung pembangunan nasional. The
universe has lead me closer to one thing I like.
Contohnya hari ini. Saya
berada di Bandung, diundang dalam suatu pertemuan mengenai riset ekonomi dan
perbankan Indonesia. Berada di tengah para peneliti ekonomi serasa berada di planet
lain. Mereka berbicara dengan bahasa yang berbeda. But I still like the sound of their language because I know they talked
about something worth the time, knowledge, skill, and cost. They talked about our country. That’s at
least the common thing amongst us.
That sounds very fascinating and
promising, doesn’t it? Somehow it is also in line with what all Indonesian
people always quoted as “berguna bagi nusa, bangsa, dan
agama”. Adakah tujuan lain yang lebih mulia dari pernyataan itu? Hahaha....
Semua anak Indonesia jadul pasti pernah mendengar atau mengucapkan cita-cita
itu. As abstract as it seems, I do my job
now with this kind of blinded proud and dreamy spirit that I ‘maybe doin’
something good for the country.
To be fair, we need to have knowledge and wisdom,
as well as compassion. That’s what Prophet Muhammad SAW meant by sinergizing
faith and knowledge to be a muslim kaffah (well-rounded moslem).
To endorse
equal opportunity, people need to understand others because what constitute
good thing for one may not be true for the other. And for me, considering every
one is unique, the word “equal” is easier said than done.
The last thing about
people’s potential to be empowered and make themselves useful is important
to me. I see people are so drawned either in their comfort couches or in their
uncomfort slumps, they refuse to change. I see this as “man-on-pause”, we’re
not getting anywhere. Can’t go back, can’t move on. Trapped in a big time
machine, until our time is up.
Jadi, setelah uraian panjang lebar di atas, bisakah sekarang saya menjawab
pertanyaan teman saya mengenai apakah pekerjaan saya sudah sesuai dengan cita-cita
atau kecintaan saya terhadap sesuatu? Despite
all and all, I’d say “yes”. All the paths I took, all the routes I visited, and
all small decisions I made along the way have guided me to be here now.
I accepted my job as it has accepted me for who I am.
We respect each other and only exchange the best of us.
No comments:
Post a Comment